I am a scriptwriter and I love my job so much. I usually write about love, life drama and marriage conflict. I am a person who love challenges, because it can make me a better person. I also a person who love to learn because for me life is an endless learning process.
Penulis : 12 Pemenang Sayembara Menulis Kisah Disabilitas.
Di halaman 45 dengan judul RUANG RINDU adalah cerpen yang aku tulis. Aku senang sekali ketika tahu kalau ceritaku terpilih jadi salah satu pemenang lomba ini. Dan menariknya, karya-karya pemenang akan dibukukan. Dan inilah bukunya..
Ketika tahu ada lomba ini, aku memikirkan akan menulis apa. Kebetulan, aku pernah bekerja di sebuah BIMBEL dan mengajar anak autis. Aku terinspirasi mengangkat cerita tentangnya dari pengalaman mengajarku sendiri.
Tak banyak yang bisa aku ceritakan. Entah gimana prosesnya, karena itu sudah lama banget. Yang pasti masih terasa ‘bangga’ saat karya aku dipublikasikan.
Awalnya nulis sinopsis ini sok-sokan ngasih judul puitis "Rindu Di Bawah Pohon Rindang". Tapi akhirnya setelah meeting sama produksi dan pihak Trans7, dirubah judulnya jadi Rindu Dicintai Suami.
Sinopsis
Rindu (Tyas Mirasih) bersama beberapa temannya, mereka membangun
sebuah tempat untuk mengajari anak-anak membaca dan menulis. Tapi karena
aktivitasnya itu, ia belum juga menikah padahal ia selalu didesak buat nikah.
Apalagi umurnya udah kepala 3. Padahal bukan itu alasan Rindu belum nikah.
Rindu menunggu Yaka (Ihsan Taroren) yang janji akan kembali menemuinya. Tapi seminggu berlalu, Yaka tak kunjung pulang.
Orang tua Rindu mendesak Rindu untuk segera menikah dengan Ramlan (Hendrayan), lelaki pilihan ayahnya. Rindu memohon agar diijinkan untuk menyusul Yaka ke kampung. Rindu sangat cemas tak mendengar kabar dari Yaka. Ayah Rindu mengijinkan Rindu pergi dengan syarat, kalau Rindu tak juga mengenalkan Yaka pada mereka, maka Rindu harus menikah dengan Ramlan. Rindu terpaksa setuju.
Setibanya di kampung halaman Yaka, Rindu harus menerima kenyataan kalau Yaka ternyata sudah menikah dan istrinya sedang mengandung 9 bulan. Rindu merasa dihianati.
Rindu pulang dengan derai air mata dan terpaksa menepati janjinya untuk menikah dengan Ramlan. Tapi ternyata..... (udah ah, capek nulisnya.. nonton aja selengkapnya di youtube. heheh)
Penulis mengisahkan dirinya sebagai tokoh aku yang adalah Mimi, seorang anak yang memiliki dua adik (Aldi dan Rifka) dan orang tua yang menikah atas dasar cinta namun akhirnya berpisah juga. Dengan alur mundur-maju, Mimi menceritakan masa kecilnya dimana ia selalu melihat ayah dan ibunya bertengkar. Ayah yang selalu menghina ibu yang tidak becus mengurus rumah tangga padahal ibu juga bekerja karena ayah telah di PHK, ayah yang tidak peduli sama kelahiran Rifka dan malah pergi gitu aja, nenek (mertua ibunya) yang tidak menyukai sang ibu karena sebenarnya ia telah menjodohkan anaknya dengan wanita kaya, teman dari ibunya. Meskipun banyak perlakuan tidak baik dari ayah ke ibu, tetapi Mimi selalu melihat ibu tetap membela ayahnya dan mengatakan kalau ayahnya itu sangat menyayangi mereka.
Hai.. berjumpa lagi denganku di dunia tulis menulis. Rasanya udah lama nggak nge-blog...
Pengennya sih bilang gini, "Janji deh bakalan nge-blog everyday"
TAPI..... nggak mungkin. Hahahahaha...
Jadi ya sudahlah ya.. entah mau ada yang baca atau mau ada yg komen apa nggak, tetep aja nulis di sini...
Nah, kali ini aku mau bercuap-cuap tentang sebuah novel karya Frank Peretti dan Ted Dekker. Ehem... kapan ya aku bisa duet nulis novel... ); hiks... hiks...
This is the first time aku baca karya mereka. Awalnya membeli ini tuh penasaran dan juga sedikit takut hahahah
Actually, aku gak gitu suka sama hal-hal berbau horor. Tapi entah kenapa.. saat itu.. ketika buku ini udah ditangan.. dan pastinya membaca cover belakangnya yg isinya gini,
House by Frank Peretti and Ted Dekker
Tuhan datang ke rumahku dan aku membunuh-Nya. Aku akan membunuh siapa pun yang datang ke rumahku seperti aku membunuh Tuhan. Berikan aku satu mayat, maka aku akan mengabaikan kedua peraturan sebelumnya. Itulah bunyi peraturan permainan maut di rumah penginapan tua.